Di era yang serba cepat ini, kita sering merasa tertinggal, tertekan, dan terputus dari diri sendiri. Aktivitas padat, notifikasi tanpa henti, dan ekspektasi sosial membuat kita sibuk mengejar — tapi lupa berhenti dan bertanya:
“Apa kabar diriku hari ini?”
Menyatu dengan diri sendiri bukan berarti harus pergi ke tempat sunyi atau rehat panjang dari dunia. Kadang, cukup dengan menghadirkan kesadaran dalam rutinitas dan memberi ruang untuk merasa.
Menyatu dengan diri sendiri berarti hadir sepenuhnya — sadar akan apa yang kita rasakan, pikirkan, dan butuhkan. Ini bukan soal menjadi sempurna, tapi membangun koneksi utuh antara tubuh, pikiran, dan emosi.
Bisa lewat meditasi singkat, napas sadar, atau sekadar minum teh dengan tenang tanpa distraksi.
Tuliskan 3 hal: Apa yang kamu rasakan? Apa yang kamu butuhkan? Apa yang ingin kamu lepaskan?
Coba berjalan pelan tanpa headphone, rasakan langkahmu, dengar suara sekitar — itu juga bentuk hadir.
Sisihkan waktu tanpa gadget: 1 jam sebelum tidur, saat makan, atau 1 hari di akhir pekan.
Capek? Istirahat. Kesal? Validasi perasaan itu. Bahagia? Nikmati, jangan buru-buru lanjut.
Ketika kita hadir dan terhubung dengan diri sendiri:
Dan dari sana, kita bisa membangun hidup yang lebih selaras dan bermakna — bahkan di tengah dunia yang terus berlari.