Pernah merasa ingin makan cokelat, es krim, atau kue manis saat sedang stres, kesal, atau cemas? Kamu tidak sendiri. Banyak orang secara refleks mencari camilan manis ketika suasana hati sedang tidak baik.
Tapi apa sebenarnya yang terjadi di balik keinginan itu? Apakah tubuh kita memang membutuhkan gula saat stres, atau ini hanya kebiasaan yang tak disadari?
Mari kita bahas lebih dalam hubungan antara stres, otak, dan craving makanan manis.
Saat tubuh mengalami stres, sistem saraf melepaskan hormon kortisol. Kortisol memicu reaksi "fight or flight" — tubuh jadi lebih waspada, detak jantung meningkat, dan energi difokuskan untuk bertahan.
Masalahnya, kondisi ini membuat otak juga mencari pelarian instan untuk menenangkan diri. Gula, terutama dalam bentuk glukosa, bisa memberikan efek “reward” dan kenyamanan secara cepat karena:
Hasilnya? Kita merasa lebih baik… untuk sementara waktu.
Meskipun efeknya langsung terasa, konsumsi gula saat stres bisa menimbulkan masalah jangka panjang:
Gula menyebabkan lonjakan gula darah yang drastis, diikuti penurunan yang cepat. Ini membuat emosi jadi tidak stabil.
Semakin sering menjadikan gula sebagai pelarian, semakin besar risiko terbentuknya kebiasaan konsumsi berlebihan.
Konsumsi gula berlebih dapat meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan gangguan metabolik lainnya.
Secara biologis, ini adalah bentuk "coping mechanism" primitif. Otak manusia didesain untuk mencari kenyamanan ketika terancam — termasuk ancaman psikologis seperti tekanan kerja, konflik, atau kelelahan emosional.
Ketika serotonin dan dopamin menurun akibat stres, tubuh mencari sumber eksternal untuk menyeimbangkannya. Gula adalah pilihan cepat dan mudah — tapi bukan yang paling sehat.
Kabar baiknya, kamu bisa melatih tubuh dan pikiran untuk mencari pelarian yang lebih sehat saat stres datang. Berikut beberapa alternatif:
Pilih cokelat hitam: Lebih rendah gula, tapi tetap memberi efek menenangkan.
Mengidam manis saat stres bukan tanda kamu lemah — tapi tanda bahwa tubuhmu sedang mencari kenyamanan. Tantangannya adalah bagaimana kita mengarahkan keinginan tersebut ke pilihan yang lebih baik.
Dengan mengenali pola ini dan menyediakan strategi coping yang lebih sehat, kamu bisa melindungi kesehatan mental dan fisik secara bersamaan.