Di usia senja, Soeharto tak lagi mencari kemegahan hidup. Ia hanya ingin satu hal: tenang.
Setiap pagi, ia berjalan menyusuri gang kecil. Menyiram bunga. Menulis satu-dua kalimat dalam jurnal. Merenung dalam diam. Di balik kesunyian itu, tersembunyi perjalanan emosional yang dalam tentang menerima tubuh yang menua, memaafkan masa lalu, dan menemukan sehat dengan cara yang lembut.
"Jalan Pagi dan Doa-Doa Diam-Diam" bukan kisah besar. Tapi justru karena itu, ia terasa dekat.
Sebuah buku yang mengingatkan kita bahwa ketenangan bisa ditemukan dalam hal-hal kecil.
Dan hidup sehat, bukan soal fisik semata—tapi juga soal damai di dalam jiwa.