Dulu aku tidur jam 3 pagi, bangun jam 11 siang.
Duniaku selalu terburu-buru, tapi pikiranku kosong.
Lalu suatu pagi, aku bangun lebih awal.
Bukan karena niat besar. Tapi karena aku gak bisa tidur.
Dan di pagi itulah, hidupku pelan-pelan berubah.
“Pagi yang Aku Pilih” adalah kisah seorang Gen Z yang memutuskan untuk hadir dalam hidupnya—melalui hal-hal kecil seperti membuka jendela, journaling, minum teh hangat, dan diam sejenak.
Buku ini bukan tentang menjadi sempurna.
Tapi tentang memilih hadir, walau pelan.
Tentang jatuh, bangkit, lalu memilih pagi yang baru.
Setiap hari.