Unduh App
Beranda
Informasi

Voucher & Diskon

Acara & Kegiatan

Knowledge Hub

Tentang Kami

Tentang Millway

Manfaat Menjadi Member

Tanya Jawab

Hubungi Kami

Kebijakan Privasi

Bantuan Dokter

Janji Temu Dokter

Tanya Dokter

Produk
Vila & Apt.
Tiket
Mitra
Akun Ku
Masuk
Daftar
Weight Loss

The Emotional Rebound: Saat Berat Badan Naik Lagi dan Kamu Kehilangan Arah

Ditulis oleh Millway Wellness Team • 21 Oct 2025 (Selasa.)

Tidak ada yang lebih membuat frustrasi daripada melihat angka di timbangan perlahan naik lagi setelah perjuangan panjang menurunkannya. Kamu mulai bertanya-tanya: “Apa yang salah?” — padahal mungkin kamu sudah makan dengan benar, masih aktif bergerak, dan berusaha menjaga keseimbangan. Tapi di dalam hati, muncul rasa kecewa, malu, bahkan takut untuk memulai lagi. Inilah yang disebut dengan Emotional Rebound , bukan sekadar kenaikan berat badan, tapi juga benturan emosional yang datang bersamanya.


Apa Itu Emotional Rebound?

Emotional rebound terjadi ketika tubuh dan pikiran merespons perubahan berat badan dengan campuran emosi negatif — kecewa, putus asa, atau merasa gagal. Padahal, naik-turun berat badan adalah hal yang alami. Tubuh tidak statis; ia beradaptasi terhadap stres, hormon, pola tidur, dan rutinitas harian. Namun, budaya “diet cepat” membuat kita percaya bahwa kenaikan sekecil apa pun adalah tanda kegagalan. Padahal, sering kali itu hanya tanda tubuh sedang menyeimbangkan diri kembali.


Mengapa Berat Badan Bisa Naik Lagi?

Ada banyak alasan mengapa berat badan kembali naik, dan sebagian besar bukan karena kurang disiplin. Bisa jadi tubuh sedang memulihkan energi setelah periode pembatasan, atau hormon ghrelin dan leptin (pengatur lapar dan kenyang) sedang menyesuaikan kembali. Bahkan stres dan kurang tidur bisa membuat tubuh menahan air lebih banyak, seolah sedang “bertahan hidup.”

  • 1. Tubuh butuh stabilisasi. Setelah defisit kalori panjang, metabolisme memperlambat diri untuk beradaptasi.
  • 2. Pola hidup berubah. Aktivitas fisik, tidur, atau stres emosional bisa memengaruhi keseimbangan energi.
  • 3. Tekanan psikologis. Rasa takut “gagal” membuat stres meningkat — dan stres itu sendiri bisa memicu kenaikan berat badan.

Artinya, berat badan bukan hanya angka — ia juga cermin dari kondisi mental dan emosionalmu.


Menghadapi Kenaikan Berat dengan Lembut

Saat angka di timbangan berubah, reaksi pertama kita biasanya adalah panik. Tapi sebenarnya, ini momen penting untuk berhenti sejenak dan mendengarkan tubuh. Apa yang sedang ia coba katakan? Mungkin kamu kurang tidur, terlalu stres, atau terlalu keras pada diri sendiri. Emotional rebound bisa menjadi sinyal lembut bahwa tubuhmu butuh pendekatan baru, bukan kontrol lebih ketat, tapi kasih lebih besar.

  • 1. Ubah fokus dari hasil ke proses. Tubuh akan terus berubah, tapi komitmen untuk hidup sehat bisa bertahan.
  • 2. Tulis jurnal emosi. Sadari kapan kamu merasa takut, kecewa, atau stres — dan lepaskan tanpa menghakimi.
  • 3. Rayakan progres non-fisik. Energi, tidur, fokus, dan suasana hati juga tanda keberhasilan.
  • 4. Izinkan tubuh untuk beristirahat. Kadang diam adalah cara tubuh menyembuhkan diri.

Kesimpulan

Emotional rebound bukanlah tanda kegagalan, melainkan undangan untuk memahami tubuh lebih dalam. Kenaikan berat badan hanyalah bagian kecil dari perjalanan yang lebih besar — perjalanan untuk mencintai tubuh tanpa syarat. Ketika kamu berhenti melawan dan mulai mendengarkan, tubuhmu akan kembali menemukan keseimbangannya sendiri. 🌿

Tubuhmu tidak melawanmu. Ia hanya berusaha menyeimbangkan diri — agar kamu bisa kembali merasa utuh. 💛

Baca Juga

Keranjang Belanja