Pernah merasa tubuh jadi lebih “berat” untuk bergerak ketika cuaca dingin atau hujan? Kamu tidak sendirian. Banyak orang mengalami penurunan motivasi olahraga ketika temperatur menurun, awan mendung menggelayut, dan udara terasa lebih lembap dari biasanya. Fenomena ini bukan sekadar malas — ada alasan biologis dan psikologis yang membuat tubuh cenderung ingin beristirahat.
Saat cuaca dingin, tubuh secara alami berusaha mempertahankan suhu inti (core temperature). Artinya, energi diprioritaskan untuk menghangatkan organ-organ penting daripada aktivitas fisik. Inilah sebabnya kamu mungkin merasa lebih lelah dan lambat, seolah tubuh meminta untuk tetap diam di tempat hangat.
Matahari yang tertutup awan dapat menurunkan paparan sinar yang dibutuhkan tubuh untuk mendukung produksi serotonin — hormon yang berperan dalam mengatur suasana hati dan energi. Rendahnya serotonin dapat membuat mood lebih murung, tubuh terasa berat, dan motivasi olahraga ikut menurun.
Jalan licin, angin kencang, dan udara dingin membuat olahraga luar ruangan terasa tidak nyaman. Bahkan sekadar bersiap-siap pun terasa lebih sulit. Lingkungan sekitar yang “mendung” juga menciptakan suasana pasif, membuat tubuh cenderung memilih aktivitas ringan seperti rebahan atau bekerja sambil duduk sepanjang hari.
Seperti halnya hewan yang cenderung mengurangi aktivitas saat musim dingin, manusia pun merasakan kecenderungan alami untuk melambat. Ritme sirkadian dapat berubah akibat kurangnya cahaya alami — ini memengaruhi rasa kantuk, level energi, dan kemauan untuk bergerak.
Ketika hujan turun, otak sering mengasosiasikan suasana tersebut dengan keinginan untuk mencari kenyamanan — minuman hangat, selimut lembut, dan aktivitas yang santai. Perpaduan antara kenyamanan dan cuaca dingin membuat olahraga terasa jauh dari prioritas, meski sebenarnya tubuh tetap membutuhkan gerak.
Kabar baiknya, kamu tidak harus memaksa diri untuk melakukan olahraga berat saat cuaca dingin. Cukup lakukan gerakan kecil yang menjaga tubuh tetap aktif dan hangat:
Setiap tubuh beradaptasi dengan caranya sendiri. Yang terpenting bukan seberapa keras kamu berolahraga, tapi bagaimana kamu tetap memberi ruang bagi tubuh untuk bergerak — meski sedikit — agar pikiran tetap segar dan tubuh tetap hangat.