Pernah bangun tidur dengan mata terbuka, tetapi tubuh dan pikiran terasa masih tertinggal di tempat tidur? Kepala berat, gerakan lambat, dan fokus sulit dikumpulkan. Kondisi ini sering disalahartikan sebagai kurang tidur, padahal bisa jadi kamu sedang mengalami sleep inertia.
Millway memandang sleep inertia sebagai bagian dari bahasa tubuh (sinyal) bahwa sistem tubuh dan pikiran membutuhkan transisi yang lebih lembut sebelum benar-benar “aktif”.
Sleep inertia adalah kondisi sementara saat tubuh belum sepenuhnya “bangun”, meski kamu sudah membuka mata. Otak masih berada di fase tidur dalam, sehingga respon kognitif dan fisik terasa melambat.
Inilah mengapa kamu bisa merasa bingung, malas bergerak, atau bahkan sedikit pusing pada menit-menit awal setelah bangun tidur.
Sleep inertia sering muncul karena beberapa faktor yang tampak sepele, tetapi berpengaruh besar:
Millway melihat bahwa sleep inertia bukan tanda kemalasan, melainkan tanda bahwa tubuh butuh ritme yang lebih manusiawi.
Meski hanya berlangsung 15–60 menit, sleep inertia dapat memengaruhi kualitas pagi secara keseluruhan. Fokus kerja menurun, mood tidak stabil, dan tubuh terasa berat untuk memulai aktivitas.
Jika terjadi terus-menerus, pagi hari bisa terasa seperti “pertempuran kecil” setiap hari — sesuatu yang sebenarnya bisa dicegah dengan pendekatan yang lebih lembut.
Millway percaya bahwa bangun tidur tidak harus instan. Tubuh butuh transisi, bukan paksaan. Berikut beberapa cara sederhana yang bisa membantu:
Bangun tidur adalah momen transisi, bukan lomba. Millway percaya bahwa pagi yang baik dimulai dengan memberi tubuh izin untuk bangun secara perlahan. Ketika tubuh dihormati, energi akan mengikuti dengan sendirinya.