Di era digital, mencari informasi kesehatan lewat internet memang jadi sangat mudah. Cukup ketik gejala yang dirasakan, ribuan artikel, forum, hingga jawaban instan langsung muncul. Sayangnya, kebiasaan ini bisa membawa efek samping berbahaya. Ada istilah cyberchondria—yaitu kondisi ketika seseorang merasa panik atau cemas berlebihan setelah mencari informasi gejala kesehatan di internet.
Internet memang penuh dengan informasi medis, tapi tidak semuanya akurat. Saat seseorang mencari tahu gejala sederhana seperti sakit kepala atau batuk, hasil pencarian sering kali langsung menampilkan kemungkinan penyakit serius, misalnya tumor otak atau kanker paru. Otak kita cenderung fokus pada informasi menakutkan itu dan menghubungkannya dengan diri sendiri, sehingga muncul rasa panik meski belum ada bukti medis.
Cyberchondria bukan sekadar rasa ingin tahu. Jika dilakukan berulang, kecemasan yang muncul bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, menurunkan konsentrasi, mengacaukan kualitas tidur, bahkan memperburuk stres. Dalam jangka panjang, hal ini menciptakan lingkaran setan: semakin cemas → semakin sering mencari → semakin panik.
Jika tidak dikendalikan, cyberchondria dapat menyebabkan kecemasan kronis, gangguan tidur, biaya medis tidak perlu akibat pemeriksaan berulang, serta gangguan hubungan sosial karena terlalu fokus pada kemungkinan penyakit.
Mengelola kebiasaan mencari informasi kesehatan online butuh strategi. Langkah berikut membantu meredam kecemasan dan mengembalikan kendali:
Internet memang bermanfaat untuk menambah wawasan kesehatan, tetapi bila digunakan berlebihan dapat memicu kepanikan. Cyberchondria adalah bentuk kecemasan nyata yang perlu ditangani dengan bijak: gunakan informasi online seperlunya, jaga kesehatan mental, dan selalu utamakan konsultasi profesional bila khawatir.